Lelaki Subuh (2),,, oasenya orang mu'min


The Inspiration

’’Kamu Insya Allah masih istiqomah kan untuk selalu sholat subuh di masjid?’’ tanyaku lagi seraya menatap matanya hanya untuk sekedar memastikan.

Adikku mengangguk perlahan.

’’Subuh di masjidnya di semua musim kan? Maksud Mba, mau summer ataupun winter kamu tetap sholat subuh di masjid kan?’’ lanjutku berusaha untuk mencairkan suasana.

Adikku kembali mengangguk.

’’Tapi dia juga selalu sholat subuh di Masjid Mba. Mau sedingin apapun winter di sana, dia tetap untuk berusaha sholat subuh di Masjid’’. Lanjut adikku lagi.

‘’Asik doong, kalo gitu kamu punya temen buat sholat subuh’’ lanjutku lagi dengan nada setenang mungkin, dengan segenap gemuruh cemburu didadaku.

Subhanallah, dari dasar hati yang terdalam, aku benar-benar memberikan dua jempol untuk mereka berdua. Untuk sholat shubuh tepat waktu, serta berjamaah di masjid -di negeri ini- benar-benar dibutuhkan energi kesholehan yang luar biasa. Aku tahu, tidak semua orang sanggup melakukannya. Hanya orang-orang yang sudah terbiasa melakukannya dan menjadi bagian yang tak terpisah dari jiwanya saja yang akan sanggup melaksanakannya. Dengan jadwal shubuh yang tidak tetap seperti di Indonesia, dengan masjid yang tidak selalu ada di setiap kota, serta dengan jiwa yang selalu berusaha istiqomah melakukannya, tentu, hanya akan bisa dilakukan oleh orang-orang pilihan saja!

’’Aku mempunyai beribu kenangan indah dengan temanku ini Mba. Dari dia aku belajar banyak hal. Tentang arti ketulusan, kejujuran, kelembutan hati, dan terutama cara dia mengekspresikan cintanya kepada Allah. Pernah suatu hari sedang terjadi gerhana bulan. Dia menelponku dan mengajakku untuk melakukan sholat sunat gerhana bulan di Masjid. Karena dia mengikuti beberapa kajian di Masjid, Imam Masjid di sana cukup dekat dengan dia, sehingga dia mendapatkan informasi tentang adanya sholat gerhana bulan tersebut. Aku sih senang-senang saja diajak sholat gerhana bulan. Apalagi waktu itu hari Jumat, dan kupikir Insya Allah tidak akan lama.

Aku nggak tau kalau yang bakalan jadi imamnya ternyata seorang hafidz Quran. Di rakaat pertama beliau membaca surat Ali imron, dan di rakaat kedua kalau aku nggak salah Beliau membaca surat An-Nisa. Kebayang kan berapa lama jadinya?’’ adikku bercerita dengan bersemangat tapi dengan mimik muka yang masam.

Aku hanya tersenyum geli mendengar cerita adikku.

‘’Wah, bagus buatmu dong dek! Jadi sekalian ngulang hafalan Ali Imronmu..haha..’’ aku berkata seraya tak kuasa menahan gelak tawaku, karena terbayang di benakku wajah adikku yang manyun dengan kaki yang pegal dan hati bertanya-tanya, kapan sholatnya bakalan kelar!

‘’Dan Mba tau nggak?? Tadinya aku mau complaint tentang imam yang gak ‘care’ banget dengan jamaah yang mungkin cape karena surat yang dibacanya panjang baget ke temanku itu. Tetapi ketika aku melihat wajahnya yang begitu bahagia dan tidak sedikitpun terlihat letih, aku urungkan niatku untuk sedikit ‘’complaint’’. Aku tidak habis pikir, semangat apa yang ada di dalam jiwanya, sehingga dia tidak terlihat lelah sedikitpun kala itu. Karena aku tahu, beban kuliah ditambah dengan beban untuk mencari rezeki untk menyambung hidup di sini, sudah cukup untuk membuat kita letih.

Setelah sholat gerhana bulan selesai, aku dan temanku pulang dengan mengendarai sepeda kami dan dengan udara yang teramat sangat dingin. Mba pasti bisa membayangkan gimana cuaca jam 3 pagi di musim dingin di daerah selatan Jerman. Tapi ketika itu, yang aku rasakan hanyalah kehangatan suasana persaudaraan karena Allah semata. Begitu indah. Di negeri yang hampir sebagian besar penduduknya tidak mengenal Allah, kutemui saudaraku yang begitu dalam kecintaannya kepada Allah, yang bukan hanya sekedar di bibir saja. Karena tatap mata tidak pernah berdusta Mba. Aku benar-benar temukan binar mata dengan luapan rasa cinta yang begitu indah pada dirinya, ketika dia beribadah kepada Allah. Dia benar-benar mengayuh sepedanya pulang kerumah dengan segenap energi cintanya kepada Allah. Kalau mengingat kejadian itu, aku jadi malu sendiri dan serasa bermimpi. Hari gini, di sini, kutemui salah seorang yang dalam pandanganku begitu mencintai Allah. Dan di hati kecilku aku bertanya, bagaimanakah keadaaan para sahabat di zaman Rosulullah, sahabat dan para salafus sholeh?? Bagaimana cara mereka mengekspresikan rasa cintanya kepada Allah?’’ adikku menarik nafasnya perlahan dan menghembuskannya dengan penuh kegalauan.

Sungguh, akupun hanya bisa termangu ketika mendengarkan cerita adikku tentang temannya yang ‘aneh’ itu. Dan aku menjadi penasaran dengan keanehan yang mungkin saja masih ada dalam dirinya.

‘’Trus, kerjaan ‘aneh’ apalagi yang dia lakuin selain itu dek?’’ tanyaku untuk mengetahui kebaikan tersembunyi apalagi yang bisa aku gali dan berharap bisa belajar banyak darinya. Adikku tersenyum misterius dan menggeleng gelengkan kepalanya perlahan.

‘’Kalau aku ceritain ke Mba, Mba pasti bilang aku sedang membual’’ jawab adikku sekenanya.

‘’Ya nggak lah, Insya Allah Mba percaya kok. Lagian kan gak ada untungnya juga buat kamu kalau kamu bohong’’ jawabku berusaha meyakinkannya.

‘’Pernah suatu hari, secara tidak sengaja dia menggunakan wireless internet connection yang tidak di password sama yang punya. Setelah selesai memakainya, dia baru tersadar, kalau itu sebenarnya adalah bukan haknya. Mba tau, apa yang kemudian dia lakukan?’’ Tanya adikku seraya menatapku dalam.

Aku hanya diam dan menggelengkan kepala.

‘’Dia berusaha mencari sang empunya wireless internet connection itu. Dia datangi rumahnya, dengan tujuan supaya sang pemilik menghalalkan internet connection yang telah dipakainya karena kekhilafannya.’’ papar adikku.

Aku hanya melongo mendengarkan penuturan adikku.

‘’Dan...apa dia ketemu dengan sang empunya’’ tanyaku penasaran.

’’Sayangnya tidak. Tetapi dia mendatangi rumah tersebut hingga tiga kali untuk menyempurnakan ikhtiarnya’’. Lanjut adikku lagi seraya menghela nafas.

’’Kok seperti kisah ayah Imam Hanafi yang minta dihalalkan sang empunya apel, karena telah memakan buah apelnya secara tidak sengaja ya dek?’’ komentarku spontan.

’’Benar. Aku juga memikirkan hal yang sama dengan yang Mba pikirkan. Itulah dia temanku itu. Dia begitu Hanif. Refleksi dari kesholehannya itu kadang-kadang membuat aku iri. Dan terkadang sesuatu yang unpredictable bagiku, tidak bisa kuduga. Aku benar-benar bersyukur kepada Allah yang telah mempertemukan aku dengan orang seperti dia, sehingga banyak yang telah aku pelajari dari dia. Cara dia beribadah dan menjaga diri dari sesuatu yang tidak halal baginya. Cara dia mejaga diri dan menjaga pandangan. Serta llisannya yang selalu menyebut nama Allah dalam setiap pembicaraannya, menunjukkan betapa dia begitu mencintai Rabbnya. Dia adalah sahabatku, saudaraku. Bagiku ia adalah sosok seorang pemuda sholeh yang tidak dikenal, ahli ibadah yang tersembunyi di ujung Jerman.’’ Adikku berkata syahdu dengan segenap perasaan sendu yang tidak kumengerti.

Setelah mendengar cerita adikku itu, lama aku merenung, mencoba memahami hikmah dan pelajaran yang Allah sampaikan kepadaku. Teringat akan salah satu artikel yang pernah aku baca di majalah Tarbawi edisi 133. Ketika Allah kagum pada seorang pengembala. Dengan apa? Bila tiba waktunya untuk sholat, di padang lapang itu, ia berdiri mengumandangkan adzan. Sendirian. Lalu sholat. Sendirian. ’’Sesungguhnya Tuhanmu kagum kepada seorang pengembala kambing’’. Begitu Rasulullah menjelaskan. Istimewa? Ini baru istimewa. Ya bahkan sangat istimewa. Seperti diriwayatkan Abu Dawud dan Nasa’i, setelah pengembala itu melakukan shalat, Allah SWT berfirman: ’’Lihatlah hamba-Ku ini, ia adzan, lalu mendirikan sholat. Ia takut kepada-Ku. Aku telah mengampuninya, dan aku masukkan ia ke surga.’’

Subhanallah. Di zaman yang penuh fitnah, masih ada pemuda-pemuda yang tetap taat beribadah kepada Allah. Pada zaman ketika kebaikan dan keburukan menjadi begitu tak jelas maknanya. Pada tempat di mana segala kemaksiatan begitu bebas terbuka untuk dilakukan oleh siapa saja...bagiku...keberadaan mereka benar-benar luar biasa. Bak oase di gersangnya sahara. Menyejukkan.

Di penghujung senja, dalam sejuta kecamuk didadaku. Berbaur bangga, cemburu dan bahagia, kutitip do’a pada malaikat yang bertugas hari itu.

Semoga Allah selalu berikan kekuatan istiqomah kepadamu brother. Tetaplah menjadi lelaki subuh. Tetaplah kumandangkan adzan hingga getar cinta dalam syahdunya suaramu menggetarkan kerajaan langit dan segenap penduduknya. Tetaplah teguh dalam kesolehanmu. Dalam kesendirianmu. Tetaplah menjadi pemuda yang tidak dikenal oleh segenap penduduk bumi, tapi selalu menjadi pembicaraan di seluruh penjuru langit yang tinggi...karena kesholehanmu, karena kecintaamu kepada Allah SWT.

Mainz.
Winter season.
For my lovely little brother and his friend.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LIRIK NASYID "BIKATAIBIL IMAN"

DIWAN IMAM ASY-SYAFI'I